Cerpen
merupakan salah satu karya sastra bergenre prosa.
Cerpen kepanjangan dari cerita pendek. Istilah cerpen pada awalnya mengacu pada
bahasa inggris yakni short story.
Nurgiantoro (dalam Husniah et al 2013:23) menyatakan " Jassin merujuk Edgar
Alan Poe (Sastrawan Amerika) bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai
dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua-jam
suati hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah cerpen". Pendapat tentang
cerpen juga dinyatakan oleh Elery Sadwick
(dalam Tarigan, 1993:176) "Cerita pendek adalah
penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan
yang tunggal pada jiwa pembaca. cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan
hal-hal yang tidak perlu ". Adapula pengertian yang diberikan oleh Nugroho
Notosusanto (dalam Tarigan, 1993:176) "Cerita pendek
adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau
kira-kira 17 halaman
kuarto spasi rangkap yang terpusat lengkap pada dirinya sendiri"
Berdasarkan beberapa devinisi di atas dapat ditarik persamaan diantara ketiganya. Cerita pendek
lebih ringkas dibanding genre prosa yang lain seperti cerpen dan roman.
Penjelasan Nurgiyantoro yang mengacu pada
Jasin dan Edgar Alan Poe merupakan pengertian yang paling sesuai dengan
dengan penelitian ini karena
cerpen-cerpen yang ada di dalam antologi cerpen Karapan Laut karya Mahwi Air Tawar tidak membutuhkan waktu lebih
dari dua jam untuk membacanya.
Ciri-ciri cerpen
Tarigan (1993:177) menyatakan delapan ciri-ciri yang membedakan cerpen dengan karya
sastra lainnya, antara lain :
a.
singkat, padu,
intensif (brevity, unity, intensity)
b. cerita pendek
harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan,
baik secara langsung maupun tidak langsung
c.
sebuah cerita
pendek harus menimbulkan satu efek dalam pikiran pembaca.
d.
bahasa cerita
pendek harusla tajam, sugestif, dan menariik perhatian.
e.
dalam sebuah
cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
f. jumlah kata-kata
yang terdapat dalam cerita pendek biasanya di bawah 10.000 kata, tidak boleh
lebih dari 10.000 kata (atau kira-kira 33 halaman kuarto spasi rangkap)
Nurgiyantoro (1995:10) menyatakan ada beberapa ciri
pembeda antara cerpen dan cerpen.
a.
cerpen adalah cerita yang habis dibaca sekali duduk.
b.
cerpen berdasarkan panjangnya dibedakan menjadi tiga
jenis
1)
cerpen yang pendek (Short
short story) berkisar 500-an kata
2)
cerpen yang panjangnya cukup (midle short story)
3)
cerpen yang panjang (long
short story) yang terdiri dari puluhan ribu kata
c.
dibangun dari unsur intrinsik dan ekstrinsik
d. cerpen menuntut penceritaan yang lebih ringkas, tidak
sampai detil-detil khusus yang “kurang penting” yang lebih bersifat
memperpanjang cerita.
Semua
ciri-ciri yang disebutkan di atas, terkandung dalam Antologi Cerpen Karapan Laut karya Mahwi Air Tawar. Hal demikian membuktikan bahwa
karya-karya yang ada dalam Antologi cerpen Karapan
Laut dapat dikatakan sebagai cerpen.
Unsur-unsur Cerpen
Cerpen
adalah salah satu jenis karya sastra yang dibangun oleh unsur-unsur, antara lain unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik namun pada penelitian ini peneliti hanya berfokus pada unsur
intrinsik karena tuntutan dari metodologi yang digunakan.
Unsur Intrinsik
Nurgiyantoro
(2002:23) menyatakan “Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya
sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir
sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpa jika orang
membaca karya sastra”. Penganalisisan sebuah karya fiksi dengan pendekatan
sosiologi sastra, penganalisisan harus dimualai dengan menganalisis fakta
cerita, seperti yang dikemukakan oleh Kurniawan (2012:13) "Dalam hal ini,
analisis sosiologi sastra dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis
struktur karya sastra, yaitu struktur pokok dari karya sastra 'fiksi' yang paling utama, yang kemudian disebut
sebagai 'fakta cerita' adalah tokoh, latar, dan alur”.
Jadi unsur intrinsik yang akan dipakai hanya sebatas
tokoh, latar, dan alur. Pengklasifikasian dengan cara ini, akan menemukan sumber data sebagai
gambaran kehidupan sosial. Karya sastra dipandang sebebagai dokumen sosial
(Endraswara, 2011:108).
1)
Konsep Dasar Tema
Menurut Anoegrajekti
(2006:6), “Tema merupakan gagasan utama yang menjadi hal penting atau sebagai
dasar dalam pembentukan keseluruhan cerita dalam karya sastra. Hal senada
diungkapkan oleh Brooks & Warren (dalam Tarigan, 1993:125) bahwa “Tema
adalah sesuatu yang menjadi dasar atau makna dalam cerita”. Melalui kedua
pendapat tersebut, maka dapat diungkapkan bahwa tema adalah hal yang penting
karena merupakan dasar dalam pembuatan suatu cerita.
a.
Jenis-jenis Tema
Nurgiyantoro (2002:24) berpendapat bahwa tema
memiliki dua jenis, yakni tema mayor dan tema minor. Keduanya saling membangun
dalam suatu karya sastra. Berikut adalah paparan kedua jenis tema tersebut.
1)
Tema Mayor (Tema Pokok)
Tema
mayor adalah tema pokok yang menjadi gagasan umum karya sastra. Tema tersebut
tidak terdapat pada bagian-bagian tertentu melainkan terdapat pada keseluruhan
bagian.
2)
Tema Minor (Tema Tambahan)
Tema minor
adalah tema tambahan yang hanya terdapat pada bagian tertentu pada sebuah karya
sastra.
Dalam penelitian ini, jenis tema yang akan diteliti
adalah tema mayor. Sesuai pengertiannya, tema mayor adalah tema pokok yang
terdapat pada keseluruhan bagian karya sastra, sehingga bersifat umum dan
menyeluruh.
Cara Mencari Tema Mayor
Dalam suatu karya sastra banyak dimunculkan persoalan-persoalan,
namun tidak semua persoalan tersebut dapat dikatakan sebagai tema. Esten
(1990:92) mengemukakan tentang cara yang dapat dilakukan untuk mencari tema,
antara lain:
1)
persoalan mana yang paling menonjol
2)
persoalan mana yang paling banyak
menimbulkan konflik. Adapun konflik tersebut merupakan penyebab terjadinya
peristiwa-peristiwa
3)
menentukan atau menghitung persoalan
mana yang membutuhkan banyak waktu penceritaan.
Cara mencari tema di atas juga diterapkan dalam
penelitian ini, khususnya untuk menjawab rumusan masalah yang pertama tentang
tema yang diangkat dalam
antologi cerpen Karapan Laut.
2) Tokoh
Tokoh merupakan salah satu unsur intrinsik dalam karya
sastra. Tokoh dalam penelitian sosiologi sastra berbeda dengan penokohan dalam
pendekatan sastra yang lain. Hal senada dinyatakan oleh Kurniawan (2012:14) “Tokoh dibahas
dalam hubungannya sebagai individu sosial yang segala tindakan dalam interaksi
sosialnya berhubungan dan dipengaruhi oleh kondisi sosial atau fakta-fakta
sosial yang ada." Kutipan di atas menjelaskan bahwa
konsep pendekatan tokoh dengan sosiologi sastra berbeda dengan pendekatan
psikologi dan strukturalisme yang menganalisis tokoh secara otonom, yaitu tokoh
secara individu sedangkan sosiologi sastra menganalisisa
tokoh berdasarkan keberadaan sosialnya.
3) Latar
Latar dalam penelitian ini juga harus barkaitan dengan sosiologi. Seperti yang diungkapkan oleh Kurniawan (2012:14)
"Latar sosial adalah analisis terhadap kondisi sosial
karya sastra yang berkaitan dengan fakta sosial yang diacu, yaitu norma-norma
sosial, institusi sosial, kelas-kelas sosial, dan lembaga-lembaga sosial
sebagai ruang sosial yang di dalamnya tokoh-tokoh menjalin aktivitas dan
interaksi sosial.
4) Alur
Alur
dalam penelitian ini juga masih menggunakan pengertian Kurniawan
(2012:14) yang mengatakan "Alur
dalam analisis ini berkaitan dengan waktu atau rangkaian peristiwa yang
terbentuk dalam karya sastra" karena memang rangkaian-rangkaian peristiwa
yang ada dalam suatu waktu dalam karya sastra iniliah yang akan menjadi objek utama
dari penelitian ini.
Unsur Ekstinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur diluar karya sastra yang
secara tidak langsung ikut membangun sebuah karya sastra. Menurut Nurgiyantoro
(1995:23) unsur ekstrinsik merupakan unsur yang ikut membangun sebuah karya sastra,
namun tidak menjadi bagian di dalamnya. Wellek dan Warren (1956:75) menyebutkan
beberapa unsur yang membangun unsur ekstrinsik di dalam sebuah karya sastra
sebagai berikut.
1) Subjektivitas
Individu Pengarang
Sikap, keyakinan dan pandangan hidup pengarang akan
mempengaruhi karya sastra yang ditulisnya. Biografi pengarang juga menentukan
corak karya sastra yang dihasilkannya.
2) Psikologi
Psikologi yang dimaksudkan adalah psikologi pengarang,
pembaca dan psikologi yang ada di dalam karya sastra itu sendiri.
Unsur ekstrinsik yang lain
adalah pandangan hidup suatu bangsa,
berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya
Klik untuk Berlangganan Tulisan
0 komentar :
Post a Comment