Monday 16 March 2015

Pengertian, Unsur, dan Ciri-ciri Cerpen

pengertian, unsur, dan ciri-ciri cerpen

            Cerpen merupakan salah satu karya sastra bergenre prosa. Cerpen kepanjangan dari cerita pendek. Istilah cerpen pada awalnya mengacu pada bahasa inggris yakni short story. Nurgiantoro (dalam Husniah et al 2013:23) menyatakan " Jassin merujuk Edgar Alan Poe (Sastrawan Amerika) bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua-jam suati hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah cerpen". Pendapat tentang cerpen juga dinyatakan oleh Elery Sadwick (dalam Tarigan, 1993:176) "Cerita pendek adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca. cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan hal-hal yang tidak perlu ". Adapula pengertian yang diberikan oleh Nugroho Notosusanto (dalam Tarigan, 1993:176)  "Cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat lengkap pada dirinya sendiri"
            Berdasarkan beberapa devinisi di atas dapat ditarik persamaan diantara ketiganya. Cerita pendek lebih ringkas dibanding genre prosa yang lain seperti cerpen dan roman. Penjelasan Nurgiyantoro yang mengacu pada  Jasin dan Edgar Alan Poe merupakan pengertian yang paling sesuai dengan dengan  penelitian ini karena cerpen-cerpen yang ada di dalam antologi cerpen Karapan Laut karya Mahwi Air Tawar tidak membutuhkan waktu lebih dari dua jam untuk membacanya.

Ciri-ciri cerpen

            Tarigan (1993:177) menyatakan delapan ciri-ciri yang membedakan cerpen dengan karya sastra lainnya, antara lain :
a.         singkat, padu, intensif (brevity, unity, intensity)
b.     cerita pendek harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung
c.         sebuah cerita pendek harus menimbulkan satu efek dalam pikiran pembaca.
d.        bahasa cerita pendek harusla tajam, sugestif, dan menariik perhatian.
e.         dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
f.       jumlah kata-kata yang terdapat dalam cerita pendek biasanya di bawah 10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata (atau kira-kira 33 halaman kuarto spasi rangkap)
Nurgiyantoro (1995:10) menyatakan ada beberapa ciri pembeda antara cerpen dan cerpen.
a.       cerpen adalah cerita yang habis dibaca sekali duduk.
b.      cerpen berdasarkan panjangnya dibedakan menjadi tiga jenis
1)      cerpen yang pendek (Short short story) berkisar 500-an kata
2)      cerpen yang panjangnya cukup (midle short story)
3)      cerpen yang panjang (long short story) yang terdiri dari puluhan ribu kata
c.       dibangun dari unsur intrinsik dan ekstrinsik
d.    cerpen menuntut penceritaan yang lebih ringkas, tidak sampai detil-detil khusus yang “kurang penting” yang lebih bersifat memperpanjang cerita.
Semua ciri-ciri yang disebutkan di atas, terkandung dalam Antologi Cerpen Karapan Laut karya Mahwi Air Tawar. Hal demikian membuktikan bahwa karya-karya yang ada dalam Antologi cerpen Karapan Laut dapat dikatakan sebagai cerpen.

Unsur-unsur Cerpen

Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang dibangun oleh  unsur-unsur, antara lain unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik namun pada penelitian ini peneliti hanya berfokus pada unsur intrinsik karena tuntutan dari metodologi yang digunakan.

Unsur Intrinsik

Nurgiyantoro (2002:23) menyatakan “Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpa jika orang membaca karya sastra”. Penganalisisan sebuah karya fiksi dengan pendekatan sosiologi sastra, penganalisisan harus dimualai dengan menganalisis fakta cerita, seperti yang dikemukakan oleh Kurniawan (2012:13) "Dalam hal ini, analisis sosiologi sastra dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis struktur karya sastra, yaitu struktur pokok dari karya sastra 'fiksi'  yang paling utama, yang kemudian disebut sebagai 'fakta cerita' adalah tokoh, latar, dan alur. Jadi unsur intrinsik yang akan dipakai hanya sebatas tokoh, latar, dan alur. Pengklasifikasian dengan cara ini, akan menemukan sumber data sebagai gambaran kehidupan sosial. Karya sastra dipandang sebebagai dokumen sosial (Endraswara, 2011:108).

1)      Konsep Dasar Tema
Menurut Anoegrajekti (2006:6), “Tema merupakan gagasan utama yang menjadi hal penting atau sebagai dasar dalam pembentukan keseluruhan cerita dalam karya sastra. Hal senada diungkapkan oleh Brooks & Warren (dalam Tarigan, 1993:125) bahwa “Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar atau makna dalam cerita”. Melalui kedua pendapat tersebut, maka dapat diungkapkan bahwa tema adalah hal yang penting karena merupakan dasar dalam pembuatan suatu cerita.

a.       Jenis-jenis Tema
Nurgiyantoro (2002:24) berpendapat bahwa tema memiliki dua jenis, yakni tema mayor dan tema minor. Keduanya saling membangun dalam suatu karya sastra. Berikut adalah paparan kedua jenis tema tersebut.

1)       Tema Mayor (Tema Pokok)
Tema mayor adalah tema pokok yang menjadi gagasan umum karya sastra. Tema tersebut tidak terdapat pada bagian-bagian tertentu melainkan terdapat pada keseluruhan bagian.

2)   Tema Minor (Tema Tambahan)
Tema minor adalah tema tambahan yang hanya terdapat pada bagian tertentu pada sebuah karya sastra.
Dalam penelitian ini, jenis tema yang akan diteliti adalah tema mayor. Sesuai pengertiannya, tema mayor adalah tema pokok yang terdapat pada keseluruhan bagian karya sastra, sehingga bersifat umum dan menyeluruh.

Cara Mencari Tema Mayor

Dalam suatu karya sastra banyak dimunculkan persoalan-persoalan, namun tidak semua persoalan tersebut dapat dikatakan sebagai tema. Esten (1990:92) mengemukakan tentang cara yang dapat dilakukan untuk mencari tema, antara lain:
1)      persoalan mana yang paling menonjol
2)      persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik. Adapun konflik tersebut merupakan penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa
3)      menentukan atau menghitung persoalan mana yang membutuhkan banyak waktu penceritaan.
Cara mencari tema di atas juga diterapkan dalam penelitian ini, khususnya untuk menjawab rumusan masalah yang pertama tentang tema yang diangkat dalam antologi cerpen Karapan Laut.

2)      Tokoh
Tokoh merupakan salah satu unsur intrinsik dalam karya sastra. Tokoh dalam penelitian sosiologi sastra berbeda dengan penokohan dalam pendekatan sastra yang lain. Hal senada dinyatakan oleh Kurniawan (2012:14)Tokoh dibahas dalam hubungannya sebagai individu sosial yang segala tindakan dalam interaksi sosialnya berhubungan dan dipengaruhi oleh kondisi sosial atau fakta-fakta sosial yang ada." Kutipan di atas menjelaskan bahwa konsep pendekatan tokoh dengan sosiologi sastra berbeda dengan pendekatan psikologi dan strukturalisme yang menganalisis tokoh secara otonom, yaitu tokoh secara individu sedangkan sosiologi sastra menganalisisa tokoh berdasarkan keberadaan sosialnya.

3)   Latar
Latar dalam penelitian ini juga harus barkaitan dengan sosiologi. Seperti yang diungkapkan oleh Kurniawan (2012:14) "Latar sosial adalah analisis terhadap kondisi sosial karya sastra yang berkaitan dengan fakta sosial yang diacu, yaitu norma-norma sosial, institusi sosial, kelas-kelas sosial, dan lembaga-lembaga sosial sebagai ruang sosial yang di dalamnya tokoh-tokoh menjalin aktivitas dan interaksi sosial.

4)   Alur
Alur dalam penelitian ini juga masih menggunakan pengertian Kurniawan (2012:14) yang mengatakan "Alur dalam analisis ini berkaitan dengan waktu atau rangkaian peristiwa yang terbentuk dalam karya sastra" karena memang rangkaian-rangkaian peristiwa yang ada dalam suatu waktu dalam karya sastra iniliah yang akan menjadi objek utama dari penelitian ini.

 Unsur Ekstinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur diluar karya sastra yang secara tidak langsung ikut membangun sebuah karya sastra. Menurut Nurgiyantoro (1995:23) unsur ekstrinsik merupakan unsur yang ikut membangun sebuah karya sastra, namun tidak menjadi bagian di dalamnya. Wellek dan Warren (1956:75) menyebutkan beberapa unsur yang membangun unsur ekstrinsik di dalam sebuah karya sastra sebagai berikut.

1)      Subjektivitas Individu Pengarang
Sikap, keyakinan dan pandangan hidup pengarang akan mempengaruhi karya sastra yang ditulisnya. Biografi pengarang juga menentukan corak karya sastra yang dihasilkannya.
2)      Psikologi
Psikologi yang dimaksudkan adalah psikologi pengarang, pembaca dan psikologi yang ada di dalam karya sastra itu sendiri.
            Unsur ekstrinsik yang lain adalah  pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya Klik untuk Berlangganan Tulisan

Masukan Email Anda:

0 komentar :

Post a Comment