Ketika
aku masih bekerja di salah satu café di Jember. Aku bertemu dengan seorang
kawan lama, seorang yang dipanggil-panggil sebagai budayawan muda, Halim Bahris
namanya. Pertemuanku dengan Halim tidak akan membahas masalah percintaan atau
masalah perkawanan kami. Hubungan kami terlalu formal untuk membahas masalah-masalah
seperti itu, akhirnya kami memutuskan untuk membahas kesibukan kami dan karya
kami.
Aku
berkarya dalam bidang teater, tentu saja banyak karyaku yang berbentuk
pertunjukan atau teks drama. Aku cukup kaget dengan Halim yang tiba-tiba
membuat kesimpulan bahwa aku dan karyaku cocok dengan penulis bernama Kafka,
aku tidak mengenal nama Kafka sebelumnya lalu aku telusuri di berbagai searh
engine dan website yang tersebar di dunia maya. Singkat cerita aku sudah
selesai membaca biografi Franz Kafka dan alangkah berdosanya aku yang seorang
calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia tidak mengenal Kafka, barangkali aku
tidak hanya pantas dicap sebagai penderita rabun sastra tapi sudah patut dicap
sebagai kafir sastra.
Aku
tidak paham dengan maksud kata “cocok”
yang diungkapkan Halim, mungkin cocok yang dimaksudkan lebih kepada
selera bukan kesamaan bentuk karya karena terlalu kurang ajar jika menganggap
karyaku sama dengan karya Kafka. Aku tidak akan membahas biografi Kafka di
sini, anda bisa membacanya di Wikipedia. Aku ingin membahas buku Metamorfosis
dari sudut pandangku secara pribadi.
Kafka
merupakan seorang yang bekerja di perusahaan asuransi. Menurutku ini merupakan
sesuatu yang unik. Aku jarang mendapati seorang penulis besar yang bekerja
semacam ini. Kebanyakan para penulis besar setahuku bekerja dalam bidang
jurnalis, percetakan, dan lain-lain yang berhubungan dengan kepenulisan bahkan
ada yang hidup dari tulisan-tulisannya atau hidup dari kesenian. Tapi kafka
lain, sehingga karya-karyanya benar-benar lain. Banyak penulis yang menulis
tentang kehidupan masyarakat modern atau urban tapi tidak ada yang lebih dalam
dari Kafka karena dia masuk menjadi masyarakat urban itu sendiri.
Secara
bentuk yang terlihat Kafka banyak bermain di wilayah fantasi, dan pesimisme
masyarakat modern. Karyanya indah jika dibayangkan dan menggoda untuk diimaginasikan.
Seperti karyanya yang berjudul “Metamorfosis”. Di awal aku membaca metamorphosis
aku cuma bisa geleng-geleng, pasalnya paragraf pembuka berbunyi “Ketika Gregor Samsa
bangun suatu pagi dari mimpi-mimpi buruknya dia menemukan dirinya berubah di
atas tempat tidurnya menjadi seekor kecoa yang menakutkan” (Kafka:137) aku
merasa heran dengan kalimat pembuka ini. Begitu terang dan apa adanya, membuat
aku ingin membaca kisah lanjutannya, dan terasa sekali kesan imaginatifnya. Menurutku
ini adalah kalimat pembuka cerpen yang paling fenomenal yang pernah ku baca.
Secara
teknis aku juga tidak begitu memahami buku “Metamorfosis” ini masuk dalam buku
jenis apa? Apakah antologi puisi, antologi cerpen? Atau buku jenis yang lain? Karena
di dalamnya terdapat jenis tulisan yang terlalu pendek untuk menjadi sebuah
cerpen. Di dalam buku “Metamorfosis” karya Kafka ini ada sebuah karya yang
berisi satu paragraph saja. Saya mengira-ngira mungkin ini adalah salah satu
bagian eksperimentasi Kafka terhadap cerpen.
Secara
kebahasaan saya juga sedikit bingung dalam memahami isi dari cerpen-cerpennya. Mungkin
perbedaan kebudayaan kami menjadi salah satu penyebabnya. Kecurigaan saya yang
lain pada penerjemahannya: dalam buku ini banyak sekali kesalahan penulisan,
seperti penggunaan kata “dari” sering digantikan dengan kata “dan”. Berdasarkan
pengamatan saya mulai dari halaman 372 sampai 419 terdapat kesalahan ketik
sejumlah 27. Ini merupakan angka yang cukup besar bagi saya padahal karya ini
adalah buku yang sudah berada di tangan editor. Mungkin hal ini bisa menjadi
evaluasi tersendiri bagi penerbit.
Hubungan Saling Mempengaruhi
Kafka
memahami ideology beserta cara hidup masyarakat urban sehingga menjadikan
karyanya benar-benar mengungkapkan sisi gelap masyarakat kota. Salah satu
cerpennya yang juga berjudul “Metamorfosis” menampilkan kehidupan masyarakat modern
yang mencoba saling mengendalikan. Bagaimana Gregor Samsa dikendalikan oleh
keluarganya, atasannya, bahkan oleh jadwal kereta. Gregor samsa tidak memiliki
pilhan lain selain menjadi korban hegemoni segala sesuatu yang ada disekitarnya
ketika dia menjadi sesuatu yang tidak perlu dikendalikan atau sudah tidak
memiliki nilai yang menguntungkan maka dia akan dibuang dan mati sendirian.
Hal
yang sama terjadi pada cerpen “Josefine, Sang Penyanyi atau: Manusia-manusia
Tikus” perang saling mengendalikan antara Josefine dengan penduduk desanya,
dimana josefine menginginkan pengakuan atas seninya yang ingin diwujudkan dengan pembebasan kerja Josefine
namun masyarakat menolak hal itu. Masyarakat menganggap bahwa josefine harus
tetap bekerja meskipun seninya merupakan seni yang indah. Masyarakatnya juga
merasa terikat terhadap karya-karya Josefine karena dimanapun Josefine
bernyanyi seolah masyarakat terhipnotis untuk selalu menghadirinya namun
masyarakat tidak mau memberikan pengakuan yang diinginkan oleh Josefine. Terjadi
hubungan yang rumit dan absurd antara Josefine dan masyarakat sekitarnya, mengenai
sebuah karya seni. Di sisi lain masyarakat merasa terikat dengan karya Josefine
namun masyarakat tidak mau memberikan pengakuan terhadap Josefine.
Kehidupan
yang saling mempengaruhi juga terdapat dalam karya kafka yang berjudul “Juru
Api”. Ada hubungan saling mempengaruhi di dalamnya dimana Karl Rosman
dipengaruhi oleh pelayan wanita sampai pelayan itu hamil, Karl yang mempengaruhi juru api untuk protes
kepada atasannya, dan perebutan pengaruh atas kapten kapal yang dilakukan oleh
Schubal dan Juru Api. Banyak hubungan perebutan pengaruh dalam cerpen ini. Hal
ini menunjukan bahwasanya manusia hanyalah sekumpulan orang yang mencoba saling
mempengaruhi untuk kepentingan-kepentingannya sendiri.
Ketakutan-ketakutan
akan hilangnya pengaruh juga ditunjukan oleh cerpen “Keputusan Itu” ayah Georg
Bendemann sangat takut jika kehilangan pengaruh terhadap anaknya yang akan
menikah Bahkan ketakutan ini sampai menyebabkan kegilaan dan paranoid yang
akhirnya membunuh ayah Georg dan Georg sendiri.
Karya-karya
Kafka ini hampir kesemuanya masih relevant dengan kehidupan masyarakat hari
ini. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat kita masih sama dalam kurun waktu 100
tahun. Karya Kafka masih menjadi referensi akurat untuk mengetahui tabiat
masyarakat urban. Masyarkat yang mencoba untuk saling menghegemoni satu sama
lain.
Secara
keseluruhan karya Kafka sangat indah dan menceritakan existensialisme
masyarakat kota yang memiliki nilai-nilai dan cara pandangnya sendiri. Dibalik
karya yang indah ini ada hal yang aku sayangkan yakni terjemahannya. Terjemahan
buku ini sedikit berantakan, menurutku. Yang paling banyak terlihat adalah
kesalahan ketik, dan mungkin kesalahan dalam menerjemahkanya secara gramatika
dan sintaksis karena banyak sekali kalimat-kalimat yang membutuhkan ketelitian
untuk memahami maksudnya, tak jarang aku harus mengulangi membaca sebuah
halaman untuk memahaminya. Secara keseluruhan buku ini masih bisa dipahami
meskipun terjemahannya berantakan, dan aku mengucap terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada penerjemah dan penerbit karena mau menerbitkan dan
menerjemahkan karya besar dari penulis besar dari luar negeri seperti Kafka
ini.
Klik untuk Berlangganan Tulisan
Halo Ferick calon guru bahasa Indonesia, hehe, senang sekali membaca tulisannya soal Kafka, pandangan yang menarik! Awalnya saya mau meninggalkan komen untuk meminta maaf sekaligus memberi tahu, saya baru bisa membalas komen Anda mengenai femisnime. Sekarang malah keasyikan membaca postingan di blog ini hehe. Salam
ReplyDeleteIron Blade Tint - titanium flat irons
ReplyDeleteIron babylisspro nano titanium hair dryer Blade Tint. Stainless Steel Tint. Steel Tint. Brass Tint. Brass Tint. Brass Tint. Brass Tint. Brass Tint. Brass used ford edge titanium Tint. Brass Tint. Brass Tint. smith titanium Brass Tint. Brass Tint. Brass Tint. Brass Tint. 2020 ford ecosport titanium Brass Tint. Brass ford fusion titanium 2019 Tint. Brass Tint. Brass Tint.