“Pendidikan merupakan
hal yang penting, sejauh kesadaran kita saat ini, tapi kesehatan lebih penting
karena menyangkut nyawa kita.”
Setidaknya itulah pernyataan yang kita yakini hari ini. Hal
ini dibuktikan dengan kesejahteraan guru dan kesejahteraan dokter. Sampai di
sini anda mungkin akan berpikir “ya memang harus begitu, tugas dokter itu
berhubungan dengan nyawa, hidup, mati, dll. Sehat itu memang mahal, lha guru?”.
Seratus persen saya setuju dengan pernyataan ini tapi tidak sepenuhnya. hehehe
Padahal guru dan dokter itu memiliki tanggung jawab yang
sama besarnya. Jika dokter bertanggung jawab terhadap nyawa secara langsung
maka guru bertanggung jawab terhadap nyawa secara tidak langsung. Masih
ingatkah anda presiden kedua kita yang sekarang ini mau dijadikan pahlawan nasional? Itu lho yang dijadikan meme “piye kabare? enakan jamanku
to?” lalu tahukah anda siapa Hitler? Musolini? Dan para separatis timur tengah
yang doyan bikin video? Jika anda tidak
tahu silahkan tanya papa Google karena saya tidak akan menuliskan biografi
tokoh-tokoh di atas. Singkatnya mereka adalah para fasis dan extrimis yang
sudah melenyapkan ratusan, ribuan, mungkin jutaan nyawa manusia, dan mereka itu
adalah salah satu produk pendidikan pastinya.
Kita sudah lihat kan pendidikan mampu membuat senjata
pemusnah masal. Hal ini tidak disadari dan malah dipandang remeh temeh oleh
masyarkat kita. Ketika ada berita pemerkosaan dan pembunuhan terhadap YY yang
baru-baru ini santer diberitakan dan data yang mengatakan bahwa di Indonesia
selama 2 jam sekali terjadi pelecehan seksual. Secara tidak
langsung itu juga merupakan tanggung jawab pendidikan, bukan salah alat
kelaminnya, yang rusak bukan kelaminnya. Kelaminnya justru berfungsi dengan
sangat baik. Kerusakan itu ada pada moralnya, dan pendidikan itu juga merupakan
agen moral. Hal ini membuktikan bahwa sebagai agen moral pendidikan gagal
membentuk moral anak didiknya. Dokter tidak akan mampu mengobati penyakit ini,
dia mungkin hanya akan mengangkat tangan dan bilang “ampun boss. Gak kuat aku”.
Guru di Indonesia hari ini tidak dihargai sama sekali jerih
payahnya apalagi kwalitas guru di
Indonesia juga tidak di perhatikan sama sekali. Setidaknya itulah yang saya
rasakan sebagai sarjana pendidikan. Seharusnya proses pemilihan guru itu lebih
ketat dari proses pemilihan pekerjaan yang lain karena guru lah yang bertanggung
jawab atas masa depan bangsa ini secara keseluruhan. Dia yang membentuk seorang
politikus, dokter, pengacara, dll. Ketika dia salah membentuk seseorang, sangat
mungkin orang itu akan menjadi senjata pemusnah masal. Hal ini sama dengan mal
praktek yang dilakukan oleh dokter terhadap seorang pasien ketika terjadi mal
praktek atau salah penanganan, hanya satu orang yang mati tapi jika guru
melakukan mal praktek terhadap satu orang, satu negara bisa mati.
Saya juga memperhatikan pendidikan untuk seorang dokter
dilakukan dengan sangat hati-hati dan ketat karena mereka memiliki keyakinan
bahwa salah sedikit saja nyawa menjadi taruhannya. Pendidikan seorang guru
seharusnya menjadi lebih ketat lagi dan tidak hanya menjadi arena main-main.
Pembenahan darurat moral ini seharusnya dimulai dari pembentukan guru dan
pendidikan, bukan kebiri, menyensor payudara artis-artis bohay dan tetek bengek
yang lainnya.
Ingat! negara ini dibentuk oleh guru jika guru menjadi
pribadi yang tak bermoral atau mengarahkan siswanya pada tindakan yang tidak
bermoral (Secara langsung, tidak langsung dan disadari atau tidak) maka tunggulah
10 tahun mendatang murid tersebut akan menjadi mesin pembunuh dan anda orang
yang berkontribusi membentuknya atau malah yang bertanggung jawab atas perbuatannya.
Guru memiliki kekuatan yang besar bahkan seorang dokter
bukan apa-apa dibalik kekuatannya yang besar tapi kekuatan yang besar juga
memerlukan tanggung jawab yang besar. Saya menyadari bahwa banyak guru yang
tidak memahami kekuatan yang dimilikinya dan pemikirannya hanya berkutat pada
mengajar, pulang, memperoleh gaji,
tamat, hidup bahagia selamanya. Di balik rasa pesimis saya, saya masih cukup
yakin bahwa banyak guru yang benar-benar mengabdikan dirinya untuk membentuk
anak didik yang ideal dan sesuai dengan cita-cita Pancasila meskipun sedikit.
0 komentar :
Post a Comment