Kita selalu berpikir bahwa kita mengendalikan setiap keputusan yang kita buat secara sadar. Padahal yang mengambil keputusan itu kebanyak bukan kesadaran kita, namun ketidak sadaran kita dalam bentuk emosi.
Emosi berbentuk rasa takut, marah, gembira, dll. Emosi itu merupakan salah satu bentuk evolusi manusia untuk bertahan hidup. Ketika rasa takut datang, tubuh kita memberitahu bahwa ada sesuatu yang berbahaya. Rasa senang yang diberikan adalah imbalan untuk sebuah pencapaian agar kita memburu kesenangan yang serupa.
Bayangkan jika manusia tidak mendapatkan kenikmatan dari sex? Maka dia tidak akan meneruskan keturunannya dan akhirnya dia menjadi punah. Atau dia tidak memiliki rasa takut kepada ketinggian dan dengan suka cita melompat karena mendapatkan sensasi kesenangan? Ketika ada yang salah dengan emosi kita maka akan ada ketidak normalan dalam pola hidup kita.
Para pecandu narkoba juga memburu kesenangan yang mereka dapatkan dari mengkonsumsi narkoba. Narkoba mengeluarkan zat-zat biokimiawi dalam tubuh yang menyebabkan sensasi senang yang cukup kuat untuk membuat tubuh merasa ketagihan terhadapnya. Tubuh tidak ketagihan terhadap narkobanya namun terhadap efek yang ditimbulkannya.
lalu? Bisakah manusia mengendalikan emosinya? Sayangnya belum ada metode yang seratus persen mampu membuat manusia mengendalikan tombol emosi mereka. Namun tetap ada beberapa metode yang bisa digunakan meskipun tidak ampuh seratus persen.
Salah satu jalan yang membentuk emosi kita adalah pikiran kita. Mengendalikan pikiran adalah salah satu jalan mengendalikan alur emosi kita. Meditasi merupakan salah satu praktik yang secara langsung mengatasi masalah ini.
Meditasi membuat pikiran kita berfokus pada suatu hal yang kita kehendaki. Dengan bermeditasi meningkatkan keterampilan kita dalam mengendalikan pikiran kita. Pikiran inilah yang akan mengisi algoritma emosi kita sehingga emosi terbentuk sesuai dengan kode-kode pikiran kita.
Selain meditasi sebenarnya banyak prakti-prakti dalam mengendalikan pemikiran kita. Menciptakan lingkungan yang sehat akan menjadikan pemikiran yang sehat pula.
Praktik keagamaan membuat kita selalu memikirkan mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Yang akhirnya membentuk ketakutan pada dosa dan kenikmatan mendapatkan pahala.
Semakin sering sebuah praktik pengarahan pemikiran akan membuat emosi kita mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan pikiran tersebut. Maka tidak heran ada sebuah ungkapan yang mengatakan: Anda adalah apa yang anda pikirkan!
0 komentar :
Post a Comment