Di tengah gempuran digital, membaca buku semakin tidak diminati. Internet dan gadget telah berkembang menjadi peranti yang bisa digunakan untuk segala hal. Fungsinya yang sangat elastis dan kemampuannya memberikan kesenangan instan, membuat gawai sulit dikendalikan. Akibatnya, kita cenderung menggunakan gawai untuk kesenangan instan.
Gawai yang memberikan kesenangan instan ini telah mencuri banyak waktu kita. Waktu senggang kita habiskan untuk scrolling media sosial dan menonton video-video pendek. Meskipun durasinya sangat pendek, video-video ini bisa merampok seluruh waktu kita tanpa kita sadari. Belum lagi game yang bahkan bisa menciptakan realitasnya sendiri. Tak heran, konten tulisan di internet kini mulai bergeser kepopulerannya oleh konten video pendek.
Membaca merupakan kegiatan utama yang mengantarkan estafet pengetahuan sampai saat ini. Kita patut berterima kasih pada otak yang menciptakan kemampuan ini. Karena kemampuan inilah peradaban kita terbentuk sampai sejauh ini.
Ketika kita membaca, kita berusaha mengimajinasikan realitas bacaan tersebut. Proses ini menciptakan imajinasi di dalam otak, yang memudahkan pemahaman. Membaca menghidupkan imajinasi kita, mengantarkannya pada kemungkinan-kemungkinan kreasi yang jarang kita sentuh tanpa adanya bahan bacaan.
Einstein pernah mengatakan bahwa imajinasi lebih penting daripada IQ. Imajinasi menggerakkan otot kreativitas kita. Dengan berimajinasi, kita bisa menjadi lebih kreatif.
Membacalah untuk melatih imajinasi di dalam otak Anda. Ketika gawai menawarkan kesenangan yang instan dan pasif, membaca adalah tantangan aktif. Ini adalah satu-satunya cara kita bisa menjadi pencipta imajinasi sejati dari dalam kepala kita sendiri. Maka, ambillah buku itu, dan latih otot imajinasi Anda.

0 komentar :
Post a Comment