Thursday 25 February 2021

Sekolah Kita yang Tua

Sekolah tidak membuat mereka esktase. Sekolah adalah fase yang harus mereka lalui tanpa paham nikmatnya belajar. Belajar tidak membuat mereka ketagihan atau sakau saat melewatkannya. 
Yang membuat mereka ketagihan adalah gadgetnya, permainan di dalamnya, pornografi yang bisa diakses kapan saja. Kebahagiaan-kebahagiaan yang datang secepat kilat, semudah mereka memainkan jari-jemarinya. Kenikmatan itu sangat mudah diakses. 

Sekolah kalah melawan gadged. mereka lumpuh dihadapan smartphone. Tak berdaya.
Sekolah seperti seorang gadis tua yang telah ditinggalkan. Sekolah tidak mampu bersolek layaknya girlband-girlband korea. Tak mampu beroperasi plastik, tak sanggup membangkitkan adrenalin, tak sanggup memompa dopamin.

Oh sekolahku yang lucu dan menggemaskan berisikan pesolek-pesolek yang terlupakan. Kalah melawan jaman. Menjebak siswa di dalam kotak sempit saling berhimpit. 

Setidaknya begitulah gambaran sekolah kita. Sangat membosankan. Tidak pernah ada inovasi berarti. Kurikulum 13 yang digaung-gaungkan tidak memberikan perubahan yang berarti. Padahal zaman sudah bergerak sangat cepat, baru kemaren jaringan 4g memukau masyarakat dengan kecepatan layaknya superhero flash namun tiba-tiba, belum genap 5 tahun umur jaringan 4 g, sudah lahir saudaranya, jaringan 5g. Sedangkan sekolah kita tetap putih Abu-Abu (seragam)dengan ruang kelas kotak, meja kursi kotak berwarna coklat penuh coretan, meja guru yang selalu berada di sebelah kanan(sudut pandang siswa).

Teknologi bergerak begitu pesat. Seharusnya sekolah juga bergerak dalam kecepatan yang sama. Inovasi-inovasi terus dilahirkan. Revolusi-revolusi terus digaungkan. Perubahan-perubahan terus terjadi.

Tapi seolah sekolah kita dibiarkan untuk seperti itu. Seperti ada kekuatan yang besar yang tidak mengkehendaki sekolah berubah. 
Klik untuk Berlangganan Tulisan

Masukan Email Anda:

0 komentar :

Post a Comment